APLIKASI TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah :
Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing :
Dr. H. Muhbib Abd Wahab, MA
Oleh :
Zaenal
Arifin
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MENAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2014
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang – Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pelaksanaan
penjaminan mutu di institusi pendidikan (sekolah/madrasah/pondok pesantren/PT)
merupakan kegiatan yang wajib dilakukan. Sehingga penjaminan mutu institusi
pendidikan (Quality Assurance) sesuatu yang tidak dapat diabaikan
lagi oleh sebuah institusi pendidikan. Sebab pelaksanaan penjamin mutu terpadu
atau Total Quality Assurance (TQA) di sebuah institusi
pendidikan merupakan amanah dari Undang-undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 21, Pasal 35 ayat 1, Pasal 50
ayat 2, Pasal 51 ayat 2 dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidkan Pasal 91 ayat 1,2,3 dan Pasal 96 ayat 1.
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia
pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari
guru, serta mutu profesionalisme dam kimerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait
dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana, dan
prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan,
iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang
terkait dengan pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai
masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat
menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak
diterima didunia kerja, diterima bekerja, tetapi tidak berprestasi, tidak dapat
mengikuti perkembangan masyarakat dan tidak produktif. Lulusan tidak produktif
akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat.
Banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan
pendidikan yang tidak bermutu, upaya-upaya atau program untuk meningkatkan mutu
pendidikan merupakan hal yang amat penting. Sehubungan dengan persoalan
tersebut, pemerintah telah mngeluarkan berbagai peraturan perundang
– undangan yang mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Undang
– undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 mengaskan bahwa pengendalian dan
evaluasi mutu pendidikan harus dilakukan, baik terhadap program maupun terhadap
institusi pendidikan secara berkelanjutan. Begitu pula dalam peraturan
pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa penetapan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Lembaga pendidikan Islam sebagai wadah proses
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam sekaligus pemegang amanat pendidikan
Nasional pun bermasalah dengan mutu, banyaknya lulusan lembaga pendidikan Islam
yang tidak berprestasi dan kurang tertanamnya nilai-nilai Islami menjadi bukti
mutu lembaga pendidikan Islam belum sesuai harapan, dalam upaya perbaikan memerlukan
Total Quality Manajemen (TQM) dalam rangka menjamin lulusannya sesuai dengan
tujuan visi dan misi lembaga pendidikan Islam.
Dalam dunia industri, Total
Quality Management (TQM) digunakan oleh U.S. Naval Air Systems Command yang
mencoba menterjemahkan pendekatan manajemen model Jepang untuk peningkatan
mutu, Untuk melaksanakan Total Quality Assurance (TQA)/ Penjaminan
Mutu Terpadu, tidaklah mungkin dipisahkan dengan Total Quality Management
(TQM)/ Manajemen Mutu Terpadu, sebab hanya dengan melaksanakan fungsi manajemen
dengan berkualitaslah akan secara efektif membawa Institusi Pendidikan khusunya lemabaga pendidikan Islam ke arah pencapaian mutu
yang berkualitas. Manakala diyakini proses secara keseluruhan komponen lembaga
pendidikan senantiasa dijalankan dengan berkualitas (Quality), maka akan dapat
diwujudkan penjaminan mutu (Quality Assurance).
B. Rumusan Masalah
Dari
pembahasan latar belakang masalah diatas, makalah ini akan membahas :
1. Apa yang di maksud dengan Total Quality Manajemen
(TQM) ?
2. Bagaimana Apalikasi TQM dalam Lemabaga Pendidikan
Islam ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi TQM
2. Mengetahui bagaimana Aplikasi TQM dalam Lembaga
Pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Total
Quality Management
1. Pengertian Quality (Mutu)
Berbicara mengenai kualitas
atau mutu, sumber daya manusia pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas
atau mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari
pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah
bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat
tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang
lebih berkualitas atau bermutu.[1]
Secara etimologi dalam kamus
Ilmiah popular mutu dapat diartikan sebagai kualitas; derajat; tingkat. Dan
dalam bahasa Inggris berasal dari kata Quality artinya kualitas. Secara
terminology mutu di definisikan oleh para ahli sebagai berikut[2]
Dalam rangka umum, mutu
mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya)
baik berupa barang maupun jasa.[3] Quality
(Mutu) merupakan ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku sama
sekali tidak akan membantu. Makna mutu yang demikian luas juga sedikit
membingungkan pemahaman kita. Akan tetapi beberapa konsekuensi praktis yang
signifikan akan muncul dari perbedaan-perbedaan makna tersebut.[4]
Menurut Crosby mutu adalah
sesuai yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement), yaitu
sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya
maupun outputnya. Oleh karena itu, mutu pendidikan yang diselenggarakan sekolah
dituntut untuk memiliki baku standar mutu pendidikan. Mutu dalam konsep Deming
adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Dalam konsep Deming, pendidikan yang
bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan
lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar)nya. Sedangkan
Fiegenbaum mengartikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer
satisfaction). Dalam pengertian ini, maka yang dikatakan sekolah bermutu adalah
sekolah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun
eksternal.[5]
Mutu menurut Carvin,
sebagaimana dikutip oleh Nasution, adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Selera
atau harapan pelanggan pada suatu produk selalu berubah, sehingga kualitas
produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan mutu produk
tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja,
perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan organisasi agar
produk dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.[6]
Menurut Deming meskipun kualitas mencakup
kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun kualitas
harus lebih dari itu. Menurut Deming terdapat empatbelas
poin penting yang dapat membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam
kualitas yaitu :
- Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan
jasa
- Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa
diterima
- Berhenti tergantung pada inspeksi missal
- Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga
saja
- Tetap dan continue memperbaiki system produksi
dan jasa
- Melembagakan metode pelatihan kerja modern
- Melembagakan kepemimpinan
- Menghilangkan rintangan antar departemen
- Hilangkan ketakutan
- Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada
pekerja
- Hilangkan managemen berdasarkan sasaran
- Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja
jam-jaman
- Melembagakan program pendidikan dan pelatihan
yang cermat
- Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang
dapat melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas.
Menurut Edward Sallis ada
beberapa konsep tentang mutu. Pertama mutu sebagai konsep
absolut. Dalam konsep ini kualitas atau mutu adalah pencapaian standar
tertinggi dalam suatu pekerjaan, produk, dan layanan yang tidak mungkin
dilampaui.[7] Kedua mutu
sebagai konsep relatif. Dalam konsep ini kualitas atau mutu masih ada peluang
untuk peningkatan. Kualitas atau mutu adalah sesuatu yang masih dapat
ditingkatkan. Akan tetapi jika dalam tahap peningkatan itu pelaksanaan sebuah
pekerjaan telah mencapai standar tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya maka
pekerjaan tersebut berkualitas.[8] Ketiga adalah
kualitas atau mutu menurut pelanggan. Dalam definisi ini mutu sebagai sesuatu
yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Peters
berpendapat bahwa definisi yang dikemukakan oleh pelanggan sangat penting,
karena Peters menemukan kenyataan bahwa pelanggan akan membayar lebih untuk
mutu yang baik, tanpa menghiraukan tipe produknya.[9]
Dari beberapa definisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa Quality (Mutu) merupakan
keunggulan dari sebuah produk barang atau jasa yang dihasilkan melalui proses
kerja yang telah terencana dengan baik. Mutu atau kualitas merupakan tujuan
akhir dari sebuah proses panjang yang dilakukan oleh organisasi. Mutu merupakan
jaminan dari sebuah lembaga kepada pelanggannya. Pelangganlah yang akan
menentukan apakah lembaga tersebut mutu produknya (barang atau jasa) baik atau
buruk. Karena mereka adalah raja, yang dapat memilih dan menentukan barang mana
yang akan dibeli atau dimanfaatkan. Untuk itu sebuah lembaga harus menjaga
kualitas atau mutu yang telah ada atau meningkatkan agar lebih baik untuk
menjaga eksistensi mereka agar tidak di tinggalkan oleh pelanggannya.
Dari beberapa definisi diatas
tentang mutu atau kualitas ada beberapa elemen dasar bahwa sesuatu dikatakan
berkualitas, yakni:
a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan
b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa
yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada
saat yang lain)
Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi
pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi – dimensi kualitas yang
harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan warga
sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi, dimensi
kualitas yang dimaksud adalah[10] :
1. Dimensi Kerja Organisasi
Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang
positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan mendayagunakan sumber –
sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan
dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).
2. Iklim Kerja
Penggunaan sumber – sumber
kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di
lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan
terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling
menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk
selalu meningkatkan kualitas.
3. Nilai Tambah
Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara efektif
dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai
pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh
organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada rasa
puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
4. Kesesuaian dengan Spesifikasi
Pendayagunaan sumber – sumber
kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil
untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan
karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang
disepakati.
5. Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan
Dampak lain yang dapat diamati
dari pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat
pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.
6. Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan sumber – sumber
kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari
persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip
mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih
tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Jadi dalam konteks pendidikan
pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik),
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam
interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas maupun diluar kelas; baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup susbtansi yang akademis maupun yang
non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Quality (Mutu) dalam konteks hasil pendidikan mengacu
pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik
dalam bidang akademik atau dalam bidang non akademik,[11] yang
tentunya yang dapat dicapai oleh subyek pendidikan di sekolah, baik guru atau
siswa, atau dapat juga prestasi dalam bidang keunggulan local tertentu, atau
bahkan dapat pula berupa kondisi yang menjadi unggulan, yang secara khusus
berbeda dari sekolah lainnya seperti suasana disiplin, keakraban, saling
menghormati, kebersihan, mengedepankan adab.
2. Total Quality
Management (Manajemen Mutu Terpadu)
Akhir-akhir ini, konsep
Manajemen Mutu sangat berkembang dan banyak diterapkan, khususnya dalam dunia
pendidikan. Mutu pendidikan (lulusan) tidak hanya ditentukan oleh seorang guru,
tetapi oleh seluruh guru, juga pihak personalia sekolah, seperti pengelola dan
staf administrasi.
Terdapat empat alasan utama mengapa TQM harus di
terapkan di lembaga pendidikan
Pertama, para pendidik
bertanggung jawab terhadap bisnis mereka karena para pendidik merupakan faktor
utama bagi peningkatan sekolah. Kedua, pendidikan membutuhkan proses pemecahan
masalah yang peka dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama
yang menimbulkan masalah tersebut. Ketiga, organisasi sekolah harus menjadi
model organisasi belajar semua organisasi. Keempat, sangat mungkin bahwa
melalui TQM di sekolah-sekolah orang-orang dapat menemukan mengapa sistem
pendidikan yang ada saat ini tidak berjalan dengan baik. Penerapan TQM mungkin
dapat memberikan sistem yang lebih baik.[12]
Total Quality
Management (Manajemen Mutu Terpadu) merangkum semua pengertian dari
konsep tentang kualitas; karenanya disebut sebagai pengelolaan kualitas
secara menyeluruh. TQM menekankan pada personal, etika, budaya, dan
juga sistem kualitas yang terarah untuk memastikan komitmen dari setiap anggota
organisasi dalam usaha perbaikan yang berkesinambungan.[13]
Para Ahli manajemen telah
banyak mengemukakan pangertian Total Quality Management (Manajemen
Mutu Terpadu) diantaranya adalah : Menurut Edward Sallis (1993: 13)
bahwa : “Total Quality Manajemen is a philosophy and a methodologhy wich
assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with
the plethora of new external pressures.”[14]
Pendapat di atas menekankan
pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi
yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan
dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi
tekanan-tekanan faktor eksternal.
Mulyadi juga menjelaskan dalam bukunya Total Quality
Manajemen bahwa TQM adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang
yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan Costomers pada
biaya yang sesungguhnya secara berkelanjutan dan terus-menerus.[15]
Sedangkan Menurut Mudafir
Ilyas “TQM It's has an objective to improve quality of produc and servies
continuously to satisfy the customers”.[16] TQM
adalah sebuah tujuan atau sasaran untuk meningkatkan produk dan pelayanan
secara terus-menerus untuk kepuasan pelangggan).
Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Edward Sallis, Total Quality Management (Manajemen Mutu
Terpadu) merupakan usaha menciptakan kultur mutu, yang mendorong semua anggota
stafnya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam konsep mutu pelanggan adalah raja.
Lebih jauh dia menjelaskan bahwa kata total (Terpadu) menegaskan bahwa setiap
orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan
peningkatan secara terus menerus. Kata manajemen berlaku bagi setiap orang,
sebab setiap orang dalam institusi, apapun status, posisi atau peranannya,
adalah manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing.[17]
Sedangkan M. Jusuf Hanafiah,
dkk dalam manajemen mutu pendidikan mendefinisikan Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu) merupakan suatu pendekatan yang sistematis,
praktis, dan strategis, dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang
mengutamakan kepentingan pelanggan.[18]
Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu) adalah suatu system yang efektif untuk
mengintegrasikan usaha- usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas, dan
perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok atau organisasi, sehingga
meningkatkan produktivitas dan pelayanan ketingkat yang paling ekonomis yang
menimbulkan kepuasan semua langganan. [19]
Seperti digambarkan pada diagram di bawah ini, proses TQM bermula dari pelanggan dan
berakhir pada pelanggan pula.[20]
Input
Keinginan ,
Kebutuuhan,
Dan harapan Pelanggan
|
Proses
Total Quality Manajement (TQM)
|
Output
Kepuasan Pelanggan
|
Dapat disimpulkan Total Quality Management (Manajemen
Mutu Terpadu) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan
mutu produk yang dihasilkan oleh sebuah lembaga, organisasi untuk kepuasan
pelanggan dan untuk mengatasi lingkungan yang terus berubah. sehingga harus ada
perbaikan terus menerus yang dilakukan oleh lembaga..
Perbaikan ini bertujuan untuk
mengendalikan mutu yang sudah ada serta meningkatkan agar lebih baik lagi.
Selain itu untuk menciptakan sebuah mutu atau kualitas, diperlukan komitmen
yang kuat dari semua pihak. Terutama dari pemimpin. Juga adanya keterlibatan
total dari semua bawahan, melalui pemberdayaan yang terkait dengan perbaikan
kinerja mereka agar senantiasa selalu menghasilkan produk yang bermutu.
Menurut Veithzal Rivai dan Sylviana Murni beberapa prinsip dalam
penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut :
1.
Merupakan
Komitmen pimpinan puncak (top
management)
2.
Pengertian
dari total yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan
seluruh aparat lingkungan perusahaan
3.
Apabila
terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang
sangat berdampak pada menurunnya efesiensi dan efektifitas produksi, secara
serius hal ini harus di cermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari
titik permasalahannyadan dilakukan perbaikan yang berkelanjutan.
4.
Ditetapkan
aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebajikan tertulis dan
merupakan alat atau tools dalam operasional sistem TQM.[21]
Manajemen Mutu Terpadu di
lingkungan suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak mungkin
diwujudkan jika tidak didukung dengan tersedianya sumber – sumber untuk
mewujudkan kualitas proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan
organisasi yang kondisinya sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat
mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi,
beberapa di antara sumber – sumber kualitas tersebut adalah sebagai berikut[22] :
1. Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah) terhadap
kualitas.
Komitmen ini sangat penting
karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan,
pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan
kontrol. Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan
pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan
pelayanan umum.
2. Sistem Informasi Manajemen
Sumber ini sangat penting
karena usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas,
sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat,
cukup/lengkap dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam
melaksanakan tugas pokok organiasi.
3. Sumberdaya manusia yang potensial
SDM di lingkungan sekolah
sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya.
Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas
pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan
tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang
telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan
dapat dikembangkan.
4. Keterlibatan semua Fungsi
Semua fungsi dalam organisasi
sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus
dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya.
5. Filsafat Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan
Sumber – sumber kualitas yang ada bersifat sangat
mendasar, karena tergantung pada kondisi pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang
selalu menghadapi kemungkinan dipindahkan, atau dapat memohon untuk
dipindahkan. Sehubungan dengan itu, realiasi TQM tidak boleh
digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap
dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber
kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat kualitas yang
berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
B. Aplikasi
TQM Pada Lembaga Pendidikan Islam
Penetapan manajemen mutu pada lembaga pendidikan Islam
dewasa ini merupakan suatu keharusan, sehingga diharapkan satuan pendidikan
Islam baik sekolah maupun universitas diharapkan terus mampu bersaing dengan
mengedepankan mutunya.
Untuk mengaplikasikan konsep TQM ke dalam pendidikan
Islam, perlu kita meminjam prinsip-prinsip pencapaian mutu Edward Deming,
berikut ini, ialah uraian tentang penerapan prinsip-prinsip tersebut ke dalam
Pendidikan Islam.
Pertama, Untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang
bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur
di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa
pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih.
Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah
yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya,
artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan
oleh lembaga tersebut. Kebutuhan pelanggan adalah berkembangnya SDM yang
bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat,
karya/produk lembaga pendidikan Islam tersebut. Bentuk kepuasan pelanggan
misalnya para lulusannya merasakan manfaat pendidikannya dalam meniti karirnya
di lapangan kerja. Selain itu di dalam pendidikan Islam tersebut terjadi proses
belajar-mengajar yang teratur dan lancar, guru-gurunya produktif, berperan
aktif dalam memajukan bangsa dan negara, dan lulusannya berperestasi cemerlang
di masyarakat.
Ketiga, perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan
pada kebutuhan dan harapan para pelanggan: siswa, masyarakat, industri,
pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas karenanya.
Keempat, dalam lembaga pendidikan Islam yang bermutu
tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya untuk
mencapai mutu yang ditetapkan. Sebagai contoh kelompok pengajar bekerjasama
menyusun startegi pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Jika hanya
satu atau dua saja guru yang mengajar secara baik tidaklah cukup, karena tidak
akan menjamin terjadinya mutu siswa yang baik. Untuk itu, maka harus semua guru
menjadi pengajar yang baik. Sebaliknya, jika gurunya menjadi pengajar yang
baik, maka siswanya haruslah ingin belajar secara efektif. Proses belajar mengajar
tidak dapat dikatakan efektif dan efisien jika hanya sepihak, gurunya saja atau
siswanya saja yang baik. Interaksi yang baik antar sesama unsur dalam
pendidikan Islam harus terjalin secara intensif, agar pencapaian mutu dapat
berhasil sesuai harapan. Dalam upaya menggiatkan kerjasama antar unsur dalam
pendidikan Islam tersebt perlu dibentuk “tim perbaikan mutu” yang diberi
kewenangan untuk mencari upaya agar mutu pendidikan Islam lebih baik. Untuk ini
pelatihan kepada tim terutama tentang cara-cara bekerjasama yang efektif dan
efisisen dalam tim sangat diperlukan.
Kelima, diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi,
mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. Pimpinan
lembaga (kepala sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah, hingga kepala
bagian-bagian terkait) bertugas sebagai motivator dan fasilitator bagi
orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya untuk mencapai mutu. Setiap
atasan adalah pemimpin, sehingga ia haruslah memiliki kepemimpinan.
Kepemimpinan haruslah yang membuat orang kemudian merasa lebih berdaya,
sehingga yang dipimpin mampu melaksanakan tugas pekerjaannya lebih baik dan
hasil yang lebih baik pula.
Keenam, semua karya lembaga pendidikan Islam
(pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi dll.) selalu diorientasikan
pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada
mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak
atau dihindari.
Ketujuh, Ada upaya perbaikan mutu lembaga pendidikan
secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu
dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kedelapan, segala keputusan untuk perbaikan mutu
pelayanan pendidikan/pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk
menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya.
Kesembilan, penyajian data dan fakta dapat ditunjang
dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan
disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan.
Kesepuluh, hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan
jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu,
karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di lembaga tersebut harus direncanakan
dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi dan dibandingkan
dengan standar yang ditetapkan. Hendaknya tercipta kondisi pada setiap yang
bekerja dilembaga tersebut untuk bersedia belajar sambil bekerja, dan sedapat
mungkin diprogramkan baik belajar tentang materi, metode , prosedur dan lain-lain.
Kesebelas, dari waktu ke waktu prosedur kerja yang
digunakan di lembaga pendidikan Islam perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil
yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang
lebih baik.
Keduabelas,
Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu
kerja dan hasilnya. Para guru dan karyawan administrasi mencoba cara-cara kerja
baru dan jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan.
Ketigabelas,
Perbaikan prosedur antar fungsi di lembaga pendidikan Islam sebagai bentuk
kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada
yang lebih penting satu unsur dari unsur yang lain dalam mencapai mutu
pendidikan Islam. Misalnya, tenaga administrasi sama pentingnya dengan tenaga
pengajar, dan sebaliknya.
Keempatbelas, tradisikan pertemuan antar pengajar dan
siswa untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki
pengajaran yang bemutu. Pertemuan dengan orangtua siswa, pertemuan dengan tokoh
masyarakat, dengan alumni, pemerintah daerah, pengusaha dan donatur lembaga
pendidikan Islam dapat dilakukan oleh penyelenggara lembaga pendidikan Islam.
Pendek kata, hendaknya semua unsur yang berkepentingan dengan lembaga
pendidikan Islam dapat berpartisipasi ikut mengembangkan pendidikan Islam
mencapai mutu yang baik[23].
Mendasarkan hal-hal di atas, tampak bahwa sebenarnya
mutu pendidikan Islam adalah merupakan akumulasi dari cerminan semua mutu jasa
pelayanan yang ada di lembaga pendidikan Islam yang diterima oleh para pelanggannya.
Layanan pendidikan Islam adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang
satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan
dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil
yang baik, berupa “mutu terpadu.”
BAB III
KESIMPULAN
Quality (Mutu) dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik dalam
bidang akademik atau dalam bidang non akademik.
Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan suatu
pendekatan yang berorientasi pada peningkatan mutu produk yang dihasilkan oleh
sebuah lembaga, organisasi untuk kepuasan pelanggan dan untuk mengatasi
lingkungan yang terus berubah. sehingga harus ada perbaikan terus menerus yang
dilakukan oleh lembaga.
Aplikasi TQM dalam lembaga pendidikan Islam dapat mengarahkan pada
keutuhan, baik keutuhan dari fokus pelanggan, pengembangan proses, dan
pelibatan semua elemen seperti kepala sekolah/madrasah, guru, pegawai, dan suplier
perlu diperhatikan dengan terus berorientasi pada kualitas.
DaFtar Pustaka
Veithzal
Rivai dan sylviana Murni, Education Management , Jakarta Rajawali Pres
2010.
Baharuddin dan
Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam transformasi menuju Sekolah/Madrasah
Unggul, Malang : UIN Maliki Press. 2010
A. Halim dkk. Manjeman
Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005
Nana Syaodih
dkk. Pengendalian mutu Pendidikakn Sekolah Menengah, Bandung : PT Refika
Aditama, 2010
Sumber Internet
:
Drs. H. Munadi
S. Ali, M.M.Pd, Implementasi Total Quality Management Dan Total
Quality Assurance Di Sekolah Dan Madrasah. http://pengawas-hsu.blogspot.com/2012/04/implementasi-total-quality-management.html
[5] Crosby, Philip B., Quality is Free (New York : New
American Library, 1979), halaman 58.
[6] Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001), hal 16
[7] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis;
Sebuah Model Perlibatan Masyaraka dalam Penyelenggaraan pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2004), hal 285
[12] Veithzal Rivai
dan sylviana Murni, Education Management , Jakarta Rajawali Pres 2010.
Hal 483-484
[14] Ibid, hal 68
[16] Mudafir Ilyas, Manajemen Mutu Terpadu (Buletin
Pengawasan No. 13 dan 14 Tahun, 1998), halaman 15
[18] Moh. Iwan Apriyadi, Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan, http//media. diknas.go.id/ media/ document/ 5095.pdf
[21] Veithzal Rivai
dan sylviana Murni, Education Management , Jakarta Rajawali Pres 2010.
Hal 481
[22] Hadari Nawawi; Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers :
Yogyakarta, 2005, halaman 138 – 141
[23] http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/02/tqm-dalam-pendidikan-islam.html di akses 3 april 2014.
0 komentar:
Posting Komentar