oleh :
Zaenal Arifin
Nur Farida
Pascasarjana PTIQ JAKARTA
A. Latar
Belakang
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang
lain. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui
Allah
telah memilih Adam yang merupakan bapak seluruh manusia sebagai manusia pilihan
untuk mengemban misi kenabiaan. Nuh” sesepuh para Rasul (syaikh al-Mursalin)
“Keluarga Ibrahim,” keluarga dan kerabat terdekatnya. Mereka adalah Ismail,
Ishaq dan para nabi keturunan keduanya, termasuk nabi Muhammad yang merupakan
penutup para nabi. Dan Keluarga Imran, diantara mereka adalah Isa bin Maryam
yang merupakan Nabi terakhir dari bani Israil.
Satu-satunya
surat dalam al Quran yang diberi nama dengan sebuah keluarga adalah surat ali
Imran (keluarga Imran) tentu bukan sebuah kebetulan nama keluarga ini di pilih
menjadi salah satu nama surat dalam al Quran. Di samping untuk menekankan
pentingnya pembinaan keluarga, pemilihan nama ini juga mengandung banyak
pelajaran yang dapat di petik dari potret keluarga Imran.
Satu hal
yang unik adalah profil Imran sendiri yang namanya diabadikan menjadi nama
surat ini tidak pernah disinggung sama sekali, yang banyak dibicarakan justru
adalah istri Imran dan putrinya Maryam.
Perjalanan
keluarga Imran terekam dalam Al Quran pada saat Imran dan istrinya sudah
berusia lanjut, akan tetapi belum dikaruniakan seorang anak. Maka istri Imran
bernazar, seandainya ia dikaruniai Allah seorang anak maka ia akan serahkan
anaknya menjadi pelayan rumah Allah (baitul Maqdis). Harapan ibu ingin
mendapatkan seorang anak laki-laki tetapi Allah memberikan anak perempuan yang
kemudian diberi nama Maryam.
Maryam
adalah wanita perawan yang suci, dibesarkan ibunya di dalam mihrab ketika dalam
kandungan, semua orang tidak mengenalnya kecuali seorang wanita yang menjaga kesuciannya,
sampai-sampai ada yang mengaitkannya dengan Harun dari keturunan israel yang
mensucikan dirinya, yang tidak seorang pun mengenal dirinya dan keluarganya
melainkan kebijakannya dan kebaikannya.
Itulah
sosok seorang wanita yang suka berkhalwat untuk suatu kebaikan, darinya
terlahir seorang nabi bagi kaumnya Isa as yang terlahir tanpa seorang ayah,
membuktikan kepada seluruh manusia bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Di dalam
Al Quran kisah Maryam terekam pada surat Ali Imran dan Surat Maryam. Dalam
surat ali Imran di gambarkan kisah keluarganya dan bagaimana ia di asuh dan
dibesarkan oleh zakaria, dalam surat maryam dilanjutkan kisah bagaimana ia
mensucikan darinya dan bagaimana Allah menunjukkan kebesaran Nya dengen
memeberikan keistimewaan kepadanya melahirkan anak tanpa seorang ayah.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana
kisah Maryam dan pendidikan apa yang dapat diambil dari kisah perjalanan
kehidupan Maryam.
C. Tujuan
Mengetahui
kisah Maryam dan pendidikan apa yang dapat diambil dari kisah perjalanan
kehidupan Maryam
PEMBAHASAN
A.
Kisah Maryam dalam Al Quran
* ¨bÎ) ©!$# #s"sÜô¹$# tPy#uä %[nqçRur tA#uäur zOÏdºtö/Î) tA#uäur tbºtôJÏã n?tã tûüÏJn=»yèø9$# ÇÌÌÈ OpÍhè $pkÝÕ÷èt/ .`ÏB <Ù÷èt/ 3
ª!$#ur ììÏÿx íOÎ=tæ ÇÌÍÈ øÎ) ÏMs9$s% ßNr&tøB$# tbºtôJÏã Éb>u ÎoTÎ) ßNöxtR s9 $tB Îû ÓÍ_ôÜt/ #Y§ysãB ö@¬7s)tGsù ûÓÍh_ÏB (
y7¨RÎ) |MRr& ßìÉK¡¡9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÌÎÈ $£Jn=sù $pk÷Jyè|Êur ôMs9$s% Éb>u ÎoTÎ) !$pkçJ÷è|Êur 4Ós\Ré& ª!$#ur ÞOn=÷ær& $yJÎ/ ôMyè|Êur }§øs9ur ãx.©%!$# 4Ós\RW{$%x. (
ÎoTÎ)ur $pkçJø£Jy zOtötB þÎoTÎ)ur $ydäÏãé& Î/ $ygtGÍhèur z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# ÉOÅ_§9$# ÇÌÏÈ $ygn=¬6s)tFsù $yg/u @Aqç7s)Î/ 9`|¡ym $ygtFt7/Rr&ur $·?$t6tR $YZ|¡ym $ygn=¤ÿx.ur $Ìx.y (
$yJ¯=ä. @yzy $ygøn=tã $Ìx.y z>#tósÏJø9$# yy`ur $ydyZÏã $]%øÍ (
tA$s% ãLuqöyJ»t 4¯Tr& Å7s9 #x»yd (
ôMs9$s% uqèd ô`ÏB ÏZÏã «!$# (
¨bÎ) ©!$# ä-ãöt `tB âä!$t±o ÎötóÎ/ A>$|¡Ïm ÇÌÐÈ
Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi
segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang
sebagiannya (turunan) dari yang lain. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui..
(ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku
menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh
dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari
padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui"..
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya
Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih
mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak
perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan
untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada
syaitan yang terkutuk.". Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan
penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam
di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan
itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. ( Qs.
Ali Imran : 33-37)
Pembasan per-ayat
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (3:33)
Tafsir :
Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa dia telah memilih Adam dan keluarga
Ibrahim, serta keluarga Imran, dan menjadikan mereka manusia pilihan di masanya
masing-masing, lagi pula diberikan kepada mereka nubuwwah dan risalah.
Adam as, adalah Rasul pertama sebagai bapak dari segala manusia yang telah
dipilih Allah sebagai Nabi.
Firman Allah:
ثم اجتباه ربه فتاب عليه وهدى
Artinya:
Kemudian Tuhan memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memberi petunjuk.(Q.S Taha: 122)
Dari keturunan Adam as, lahirlah para nabi dan rasul. Rasul kedua adalah Nuh as, sebagai bapak manusia yang kedua. Di masanya telah terjadi topan yang besar yang membinasakan sebagian besar umat manusia. Dan Allah telah menyelamatkan dia dan keluarganya dari bencana yang dahsyat itu dalam satu bahtera. Keturunannya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Kemudian keturunan beliau ini tersebar ke beberapa negeri dan timbul di kalangan mereka penyembahan berhala.
Kemudian datanglah Ibrahim sebagai nabi dan rasul. Sesudah Ibrahim
datanglah berturut-turut beberapa orang nabi dan rasul yang berasal dari
keturunannya, seperti Ismail, Ishak, Yakub dan Asbat, (anak cucu Bani Israel).
Di antara keturunan Nabi Ibrahim yang terkemuka adalah: Keluarga Ismail, Imran
yaitu `Isa dan Ibunya Maryam binti `Imran keturunan Yakub.
Kemudian kenabian itu ditutup dengan seorang putra dari keturunan Nabi
Ismail as yaitu Muhammad saw.
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu
terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”. (3:35)
Tafsir :
Pada ayat yang
lalu Allah menerangkan bahwa antara dua keluarga besar itu yakni keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran yang satu sama lain jalin menjalin, maka pada ayat
ini Allah menerangkan kisah salah seorang keturunan mereka yang terkemuka yakni
istri Imran yakni Hannah binti Faqud yang sedang hamil. Ia menazarkan anak yang
masih dalam kandungannya itu untuk dijadikan abdi yang selalu berkhidmat untuk
beribadah di Baitulmaqdis. Dia tidak akan membebani lagi suatupun pada anaknya
itu nanti, karena anak itu semata-mata telah diikhlaskan untuk berbakti di sana
.
Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan oleh istri `Imran itu, Maha Mengetahui niatnya yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah
Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan oleh istri `Imran itu, Maha Mengetahui niatnya yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah
Di dalam beberapa ayat ini dua kali disebut nama Imran. Yang pertama adalah ayat 33 yaitu Imran ayah Nabi Musa as; sedang yang kedua adalah pada ayat 35, yaitu Imran ayah Maryam. Jarak antara kedua orang itu kurang lebih 1800 tahun.
Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya, dan boleh mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya sendiri. Dan pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu hendaknya kita berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi seorang yang rajin beribadah dan berguna bagi agamanya, seperti doa Zakaria yang dikisahkan oleh Allah dalam Alquran.
Setelah istri Imran melahirkan, dan ternyata yang lahir itu perempuan padahal yang diharapkan anak laki-laki, nampaklah diwajahnya kesedihan dan putuslah harapannya untuk melaksanakan nazarnya, Dia berkata: "Ya Tuhanku, Aku melahirkan anak perempuan". Seolah-olah dia memohon ampun kepada Tuhan, bahwa anak perempuan itu tidak patut memenuhi nazarnya yaitu berkhidmat di Baitulmakdis. Tetapi Allah SWT lebih mengetahui martabat bayi perempuan yang dilahirkan itu, bahkan dia jauh lebih baik dari bayi laki-laki yang dimohonkannya (Depag)
Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya,
diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak
laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia
Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (3:36)
Ayat ini menegaskan tentang kemuliaan putri yang dilahirkan
itu, dan menolak persangkaan bahwa bayi yang dilahirkan itu lebih rendah
martabatnya dari pada bayi laki-laki seperti yang diharapkan oleh istri Imran
itu.
Setelah istri `Imran menyadari bahwa demikianlah kenyataan
anaknya, dan meyakini adanya hikmah dan rahasia di balik kenyataan itu, maka
dia menyatakan bahwa bayi itu akan diberi nama Maryam. Din tidak akan menarik
kembali apa yang telah dinazarkan untuk menyerahkan anak itu berknidmat di
Baitulmaqdis, walaupun bayi itu wanita, yang menurut anggapannya tidak pantas
untuk menjaga Baitulmaqdis, namun dia akan menjadi seorang abdi Tuhan yang
khusyuk. Dan istri Imran memohon supaya Allah SWT menjaga dan melindungi bayi
itu dari godaan setan yang mungkin menjauhkannya dari kebajikan.
Mengenai hal itu, Rasulullah Saw pernah bersabda sebagai
berikut:
كل بني آدم يمسه الشيطان يوم ولدته أمه إلا مريم وابنها
"Tiap-tiap anak cucu Adam yang dilahirkan dijamah oleh
setan pada waktu kelahirannya kecuali Maryam dan putranya".(HR Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah)
Ibnu Abbas berkata : “sesunggunya ia mengucapkan ini karena
apa yang di nazarkan tidak diterima, ini mengingat dia bernazar jika mendapat
seorang bayi laki-laki lalu Allah memberi Maryam.
Dalam bahasa Ibrani, Maryam berarti seorang ahli ibadah yang
berkhitmat pada Tuhan.[1]
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar)
dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan
Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. (3:37)
Allah menerima Maryam sebagai nazar
disebabkan permohonan ibunya. Allah meridainya untuk menjadi orang yang
semata-mata beribadat dan berkhidmat pada Baitulmaqdis walaupun Maryam itu
masih kecil dan seorang perempuan. Padahal orang yang dikhususkan untuk
berkhidmat dalam Baitulmakdis itu biasanya hanyalah laki-laki yang akil balig
dan sanggup melaksanakan pengkhidmatan.
Allah juga memelihara dun mendidik-Nya
serta membesarkannya dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan yang diberikan Allah kepada diri Maryam ini meliputi pendidikan rohaniah dan jasmaniah. Maka dia menjadi seorang yang berbadan sehat dan kuat serta berbudi baik, dan bersih rohani dan jasmaninya. Allah SWT telah pula menjadikan Nabi Zakaria sebagai pengasuh dan pelindungnya.
Pendidikan yang diberikan Allah kepada diri Maryam ini meliputi pendidikan rohaniah dan jasmaniah. Maka dia menjadi seorang yang berbadan sehat dan kuat serta berbudi baik, dan bersih rohani dan jasmaninya. Allah SWT telah pula menjadikan Nabi Zakaria sebagai pengasuh dan pelindungnya.
Diriwayatkan bahwa ibunya menjemput
dan membawanya ke mesjid, lalu meletakkannya di depan pendeta-pendeta yang ada
di sana. Dia berkata: "Ambillah olehmu anak yang kunazarkan ini".
Maka mereka saling memperebutkan bayi itu, karena dia adalah putri dari
pemimpin mereka. Masing-masing mereka ingin menjadi pengasuhnya. Nabi Zakaria
kemudian berkata: "Aku lebih berhak mengasuhnya, karena bibinya itu adalah
isteriku". Akan tetapi para hadirin ada yang menolak kecuali jika
ditentukan dengan undian. Maka pergilah mereka semua ke sungai Yordan,
melepaskan anak panah mereka masing-masing ke sungai itu, dengan maksud barang
siapa yang anak panahnya dapat bertahan terhadap arus air sungai itu, dapat
cepat naik. maka dialah yang berhak mengasuh anak bayi Maryam itu. Ternyata
kemudian anak panah Nabi Zakarialah yang dapat bertahan dan timbul meluncur di
permukaan air, sedang anak panah yang lainnya hanyut tenggelam di bawa arus.
Maka dalam undian itu Zakaria lab yang menang dan Maryam segera diserahkan
kepadanya untuk dipelihara dan dididik di bawah asuhan bibinya sendiri.
Lanjutan ayat 37 di atas:
Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana
kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”.
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab. (3:37)
Tafsir :
Manakala Maryam sudah mulai dewasa,
diapun telah mulai beribadat di mihrab.
Tiap kali Nabi Zakaria masuk ke dalam mihrab, ia
dapati di sana makanan dan bermacam buah-buahan yang tidak ada pada waktu itu
karena belum datang musimnya. Zakaria pada suatu waktu menanyakan kepada Maryam
tentang buah-buahan itu dari mana dia memperolehnya padahal saat itu musim
kemarau. Maka Maryam menjawab : "Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya
Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki Nya tanpa batas.
Menurut Mujahid, Zakaria mendapati di
sisi maryam buah-buahan yang muncul di musim dingin pada musim panas dan
buah-buahan yang muncul di musim panas pada musim dingin.[2]
Ibnu Katsir berpendapat bahwa ayat ini
menunjukkan Karamah (kemuliaan) orang-orang yang dekat dengan Allah.
Allah menerangkan kisah tersebut untuk
meneguhkan kenabian Muhammad saw, dan mengalihkan pikiran ahli kitab yang
membatasi karunia kenabian itu pada orang Israel saja.
Juga untuk menyalahkan pikiran orang
musyrikin `Arab yang menolak kenabian Muhammad saw, karena menganggap dia hanya
manusia seperti mereka saja.
Allah menjelaskan bahwa Dia telah
menjadikan Adam sebagai orang pilihan dan khalifah di atas bumi, serta
menjadikan Nuh sebagai orang pilihan dan bapak yang kedua dari umat manusia dan
kemudian memilih Ibrahim serta keluarganya untuk menjadi manusia pilihan dan
pembimbing manusia. Orang Arab dan para ahli Kitab mengetahui hal itu. Tetapi
orang musyrik Arab menyombongkan diri sebagai keturunan Ismail dan pemeluk
agama Ibrahim dan ahil Kitab menyombongkan diri atas terpilihnya keluarga
'lmran dari keturunan Bani Israel cucu Nabi Ibrahim. Baik orang Arab maupun
ahli Kitab mengetahui bahwa Allah telah memilih mereka itu semata-mata hanyalah
atas kehendak-Nya sebagai karunia dan kemurahan-Nya. Maka apakah yang menghalangi
Allah untuk menjadikan Muhammad saw seorang pilihan di atas bumi ini.
sebagaimana Allah memilih mereka juga? Allah memilih siapapun yang Dia
kehendaki di antara makhluknya. Allah telah memilih Muhammad saw. serta
menjadikan sebagai pimpinan bagi umat manusia dan mengeluarkan dari kegelapan
syirik dan kebodohan. kepada cahaya kebenaran dan keyakinan. Tidak seorangpun
dari keluarga Ibrahim dan Imran yang lebih besar pengaruhnya daripada Muhammad
saw.
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
(3:42)
Tafsir :
Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi
Muhammad saw, tentang peristiwa yang dialami oleh Maryam ketika dia didatangi
oleh Malikat Jibril as .
Pembicaraan Jibril dan Maryam di sini
bukanlah seperti pembicaraan Jibril dengan nabi-nabi, yang merupakan
penyampaian wahyu Allah kepada mereka melainkan sebagai pemibicaraan malaikat
dengan wali-wali Allah, yang berupa ilham.
Kesyukuran Maryam kepada Allah dengan
'ibadah dan ketaatannya yang tidak putus-putusnya, menambankan terpeliharanya
kemuliaan dan kesempurnaan diri pribadinya, serta menambah jauhnya dari segala
sifat yang tidak baik. Karena itu wajarlah bila Maryam memperolehlangsung ilham
dari Jibril as sebagai penghormatan atas dirinya.
Jibril as menandaskan bahwa Allah
telah memilih Maryam untuk berkhidmat di Baitul Makdis, din membersihkan dia
dari keaiban lahir dan batin, serta menentukannya untuk melahirkan seorang nabi
meskipun dia tidak dijamah oleh seorang lelaki. Dan Allah melebihkannya atas
segala wanita di masanya.
Sabda Rasul Saw:
كمل من نساء العالمين أربع: مريم وآسية امرأة فرعون وخديجة وفاطمة
Artinya:
Sebaik-baiknya wanita di dunia ini adalah empat orang : Maryam. Asiyah istri Firaun. Khadijah dan Fatimah (Ibnu 'Asakir dari Ibnu 'Abbas)
Sebaik-baiknya wanita di dunia ini adalah empat orang : Maryam. Asiyah istri Firaun. Khadijah dan Fatimah (Ibnu 'Asakir dari Ibnu 'Abbas)
Hai Maryam, ta’atlah kepada Tuhanmu, sujud dan
ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (3:43)
Tafsir :
Pada ayat ini
Allah mewajibkan kepada Maryam untuk taat kepada. Nya sebagai tanda syukur atas
nikmat yang dianugerahkan Nya kepadanya, dengan firman-Nya yang artinya:
"Taatilah Tuhanmu hai, Maryam bersujudlah, dan rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk". Yang dimaksud dengan "sujud" di sini
adalah sujud seperti sujud dalam salat dan dimaksudkan dengan "rukuk"
ialah salat itu sendiri. Ayat ini memerintahkan kepada Maryam supaya melakukan
salat berjemaah bersama-sama orang lain.
Salat menurut pengertian orang Yahudi
waktu itu ialah doa atau bersujud. Sujud dengan meletakkan dahi ke bumi itu
salat mereka, semua 'ibadah yang dilakukan Maryam bertempat di Mihrab.
yang demikian itu adalah sebagian dari
berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal kamu
tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka
(untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu
tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.(3:44)
Pada ayat ini kisah Istri Imran dan
putrinya Maryam, dan Kisah Zakaria dan Yahya yang telah kami ceritakan kepada
kalian, semuanya ini kabar-kabar bersifat ghaib dan penting yang telah kami
wahyukan kepadamu, wahai Muhammad yang tidak engkau ketahui sebelumnya.
Diriwayatkan bahwa ketika Hannah
melahirkan Maryam, dia meletakkan Maryam dalam sobekan kain yang dilipat-lipat
dan membawanya ke Masjid lalu bayi itu di simpan disisi rahib-rahib Bani Israil
yang sedang berada di Baitul Maqdis. Hannah kemudian Berkata kepada mereka, “
siapa yang akan memelihara anak ini?” Lalu mereka berlomba untuk memelihara
Maryam, karena dia putri pemimpin mereka, lantas mereka mengundinya, maka
keluarlah hasilnya bahwa yang berhak memelihara Maryam adalah Zakaria, sehingga
zakaria pun memeliharanya.[3]
Ibnu Katsir berkata hanya kuasa Ilahi
yang menjadikan Zakaria sebagai pemelihara Maryam, sehingga dia membahagiakan
Maryam dan memperoleh ilmu yang berlimpah dan amal yang shalih.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata:
“Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang
putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al
Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (3:45)
Di dalam ayat
ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, terhadap ceritera Maryam di kala
Jibril datang kepadanya, yang membawa kabar gembira kepadanya bahwa dia akan
melahirkan seorang putra yang saleh. Ketika Jibril menyampaikan kabar gembira
itu Allah telah memilihnya, menyucikannya untuk tetap beribadah kepada Allah
dan selalu bersyukur kepada-Nya. Yang dimaksud dengan malaikat di sini ialah
Jibril, sebagaimana di dalam firman Allah:
فأرسلنا إليها روحنا فتمثل لها بشر سويا
Artinya:
"Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sebenarnya". (Q.S Maryam: 17)
Isa as disebut dengan "kalimat Allah", sebagai pemberitahuan tentang proses penciptaannya yang berlainan dengan kejadian manusia biasa.
Isa as dinamakan Al Masih sedang Al Masih itu adalah gelar raja, karena kata Al Masih dalam Taurat dan Injil berarti "yang disapu atau yang diminyaki". Menyapu dan meminyaki itu adalah suatu ketentuan dalam adat istiadat mereka bahwa siapa yang telah disapu dengan minyak suci oleh kepala agama, maka dia sudan menjadi suci pula, cakap untuk memegang kerajaan, memiliki ilmu pengetahuan dan kekuasaan, lagi mendapat berkah. Di sini Allah SWT menunjukkan bahwa Isa as senantiasa mendapat berkah walaupun belum pernah disapu dengan minyak suci itu.
Ada pula yang mengatakan hahwa nama Isa itu adalah berasal dari kata Yunani "yasu", artinya "yang diselamatkan yang terpilih".
Para nabi dahulu telah menerangkan bahwa akan datang seorang Al Masih, dia seorang raja yang akan mengembalikan kekuasaan Bani Israel yang telah hilang.
Maka ketika Isa lahir dan dinamai Al Masih, segolongan mereka beriman kepadanya Orang-orang Yahudi yang mengingkarinya berpendapat, bahwa yang dijanjikan itu belum lagi datang.
Dan dia dinamakan lbnu Maryam (putra
Maryam) untuk memberi pengertian bahwa Isa akan lahir tanpa ayah karena itulah
ia dibangsakan kepada ibunya.
Isa as mempunyai kedudukan yang
terkemuka di dunia, karena dia mendapat tempat di hati orang-orang mukmin serta
dihormati. Perbaikan-perbaikan yang ditinggalkan Isa as tetap membekas
dikemudian hari. Dan kebesarannya itu jauh lebih nyata daripada kebesaran para
penguasa atau raja-raja sebab orang-orang menghormat kepada para penguasa dan
raja itu adalah untuk menghindarkan diri dari penyiksaan mereka, atau karena
takut terhadap kelaliman mereka, atau untuk mengambil muka supaya diberi
kedudukan duniawi. Kebesaran yang demikian ini adalah kemegahan semu belaka,
tanpa ada bekasnya sedikit juapun di dalam jiwa, bahkan mungkin menimbulkan
kebencian.
Selain dari itu, Isa as mempunyai
kebesaran di akhirat, yaitu kedudukan dan kemuliaan yang tinggi, karena beliau
adalah senantiasa dekat kepada Tuhan.
Dan Dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika
sudah dewasa dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang saleh."(3: 46)
Tafsir
Dalam
ayat ini Allah menerangkan, Isa as telah berbicara dengan manusia ketika masih
kecil dalam ayunan, untuk mejelaskan kebersihan ibunya dari tuduhan yang
dilemparkan kepadanya, dan untuk menjadi bukti atas kenabiannya. Isa as juga
berbicara dengan manusia ketika dia sudah dewasa yakni sesudah Allah
mengangkatnya menjadi rasul dan menurunkan kepadanya wahyu Nya untuk
menyampaikann perintah dan larangan-laranganNya kepada Manusia. Beliau termasuk
orang yang saleh yang telah diberi hikmat oleh Allah yakni para Nabi, Siddiqin
dan Syuhada.
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
"Jadilah", lalu jadilah Dia. ( 3 ; 47)
Tafsir
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Maryam menghadapkan
kata-katanya kepada Allah swt yang telah mengutus Jibril yaitu “bagaimana aku
akan memperoleh seorang putra, padahal aku tidak tidak bersuami. Apakah kejadian
yang demikian itu dengan perkawinan dahulu ataukah dengan kodrat Allah
semata-mata,” mungkin Maksud kata-kata Maryam itu untuk menyatakan kekagumannya
pada kekuasaan Allah dan memandang hal itu sebagai kekuasaan Allah dan
memandang hal itu suatu mukjizat yang besar. Allah menjelaskan bahwa kelahiran
demikian akan terjadi bilamana Allah menghendakinya, Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu maka hanya cukup
berkata : “ jadilah engkau” lalu jadilah dia.
Allah menciptakan apa saja yang dikehendaki Nya termasuk
menciptakan hal-hal yang ajaib, yang menyimpang dari kebiasaan, seperti
menciptakan anak tanpa ayah, bahkan nabi Adam as telah diciptakan Nya tanpa
ayah dan ibu. Demikianlah penggambaran bagi kesempurnaan kodrat Allah serta
kepastian kehendak-Nya. Gambaran tentang kecepatan terwujudnya apa yang
dikehendaki oleh Allah tanpa batas waktu dan tanpa ada faktor penyebab,
diterangkan Tuhan sendiri dalam firmannya ;
!$tBur !$tRãøBr& wÎ) ×oyÏmºur £xôJn=x. Î|Çt7ø9$$Î/ ÇÎÉÈ
dan perintah Kami hanyalah satu
Perkataan seperti kejapan mata.(al Qomar ; 50)
Apa yang diperintah itu pasti segera
terjadi, perintah seperti itu dinamai perintah “takwin” orang-orang yang
mengingkari ayat-ayat Allah, tidak membenarkan Isa dilahirkan dengan tidak
berayah, karena fikiran mereka hanya terbatas kepada kejadian-kejadian yang
biasa saja. Mereka tidak menyadari bagaimana terjadinya alam semesta ini. yang
memustahilkan kejadian seorang anak tanpa ayah.
Surat Maryam ayat 16-22
öä.ø$#ur Îû É=»tGÅ3ø9$# zNtötB ÏÎ) ôNxt7oKR$# ô`ÏB $ygÎ=÷dr& $ZR%s3tB $wÏ%÷° ÇÊÏÈ ôNxsªB$$sù `ÏB öNÎgÏRrß $\/$pgÉo !$oYù=yör'sù $ygøs9Î) $oYymrâ @¨VyJtFsù $ygs9 #Z|³o0 $wÈqy ÇÊÐÈ ôMs9$s% þÎoTÎ) èqããr& Ç`»uH÷q§9$$Î/ y7ZÏB bÎ) |MZä. $|É)s? ÇÊÑÈ tA$s% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ãAqßu Å7În/u |=ydL{ Å7s9 $VJ»n=äñ $|Å2y ÇÊÒÈ ôMs9$s% 4¯Tr& ãbqä3t Í< ÖN»n=äî öNs9ur ÓÍ_ó¡|¡ôJt ×|³o0 öNs9ur à8r& $|Éót/ ÇËÉÈ tA$s% Å7Ï9ºxx. tA$s% Å7/u uqèd ¥n?tã ×ûÎiüyd ( ÿ¼ã&s#yèôfuZÏ9ur Zpt#uä Ĩ$¨Z=Ïj9 ZpuH÷quur $¨YÏiB 4 c%x.ur #\øBr& $|ÅÒø)¨B ÇËÊÈ *
çm÷Gn=yJyssù ñVxt7oKR$$sù ¾ÏmÎ/ $ZR%s3tB $|ÅÁs% ÇËËÈ
dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di
dalam Al Quran, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu
tempat di sebelah timur,(19;16)
Tafsir
Dan ceritakanlah hai Muhammad dalam kitab Alquran yang
diturunkan kepadamu kisah Maryam binti Imran ketika ia menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat yang berada di sebelah Timur Baitulmakdis untuk
mendapatkan ketenangan dalam beribadat kepada Tuhannya. Ibnu Abbas berkata,
"Aku paling mengetahui di-antara semua makhluk Allah tentang apa sebabnya
kaum Nasrani menjadikan kiblatnya ke arah Timur, yaitu karena memperhatikan
firman Allah Azza Wajalla yang menerangkan bahwa Maryam menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah Timur, lalu mereka menjadikan tempat
kelahiran Nabi Isa a.s. itu kiblat.[4]
Ketika Allah swt telah menceritakan kisah Zakaria as. Bahwa
di saat kondisi masa tuanya dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah
seorang anak yang pandai, suci dan berkah, Allah mennyambung firman-Nya dengan
kisah Maryam yang di berikan seorang putra yaitu Isa as tanpa ayah. Karena
kedua kisah tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. untuk menunjukkan kepada
Hamba-hamba Nya tentang kekusaan dan keagungan kerajaan Nya serta Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.[5]
Dalam Tafsir Al Misbah di katakan ayat-ayat di atas
memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw bahwa ceritakan kisah dalam Al quran
yaitu tentang Maryam putri Imran, yakni ketika ia bersungguh-sungguh menjauhkan
diri dari keluarganya bahkan dari seluruh manusia kesuatu tempat di sebelah
timur dari tempat tinggalnya atau sebelah timur dari baitul maqdis. Berbeda
dengan banyak ayat yang hanya memeritahkan Nabi Muhammad untuk mengingat atau
menceritakan dengan menggunakan kata Idz atau udzkur , berbeda dengan
itu ayat di atas menambahkan kata al-Kitab yakni al Quran sehingga
dengan kata itu ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk membacakan
tentang kisah dan keutamaan beliau yang Nabi ketahui. Thahir ibn Asyur menduga
bahwa surat ini adalah surat pertama yang menggunakan secara tegas kata Udzkur dalam konteks uraian tentang kisah-kisah
para nabi. Kata Makanan Syarqiyan mengesankan bahwa tempat itu
sengaja dipilih, sebagai isyarat terbitnya cahaya ilahi, Ibnu Abbas bahwa itu
adalah isyarat tentang kiblatnya orang-orang Nasrani karena mereka menjadikan
arah timur sebagai arah kiblat ketika shalat.[6]
Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu
Kami mengutus roh Kami, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia
yang sempurna. (19;17)
Tafsir
Maka Maryam mengadakan tabir (dinding)
yang melindunginya dari pandangan keluarganya dan manusia. Kemudian Allah
mengutus Malaikat Jibril kepadanya dalam bentuk seorang laki-laki yang rupawan
untuk memberitahukan kepada Maryam bahwa beliau akan melahirkan seorang putra
tanpa ayah. Adapun hikmah kedatangan Jibril dalam bentuk manusia itu agar
supaya tidak menimbulkan ketakutan.[7]
Mujahid dan
adh Dhahhak, Qatadah, ibnu Juraij, wahb bin Munabbih dan as-Suddi berkata
tentang firman Allah “lalu kami mengutus ruh Kami kepadanya,” yaitu Jibril as
inilah pendapat yang mereka katakan dan ini pula zahir maknanya dalam al Quran
di mana Dia berfirman dalam ayat yang lain ; “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan,”(Qs as Syua’ara : 193-194)[8]
Maryam berkata:
"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah,
jika kamu seorang yang bertakwa".(19:18)
Tatkala Maryam melihat ada seorang laki-laki di-tempatnya
yang terasing itu, beliau berlindung kepada Allah Taala dari kejahatan yang
mungkin timbul seraya berkata, "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah; jangan sekali-kali kamu mengganggu aku jika
kamu bertakwa kepada Nya, sebab setiap orang yang bertakwa itu selalu
menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.[9]
Ini merupakan
cara yang disyariatkan dalam mempertahankan diri yaitu dengan cara yang ringan
yakni di ingatkan pertama kali kepada Allah swt Ibnu jarir dari Ashim berkata ;
“setelah menceritakan kisah Maryam, Abu Wail berkata : ia mengerti bahwa orang
yang bertaqwa itu adalah orang yang memiliki batas.[10]
Kata Ar-Rahman yang di ucapkan sayidah Maryam ini, dapat juga
dijadikan alasan untuk menguatkan pendapat yang menyatakan kata tersebut telah
dikenal sebelum turunnya al Quran kendati kaum musyrikin Mekkah tidak
mengenalnya sebagai nama tuhan yang mereka sembah. Nabi Sulaiman as dalam
suratnya kepada Ratu Saba’ juga menggunakan kata tersebut bahkan menggunakan
Basmallah (baca Qs. An Naml ; 30)[11]
ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang
utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". ( 19 ;
19)
Malaikat Jibril berkata untuk menenteramkan hati Maryam dan
menghilangkan kecurigaannya seraya berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan dari Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki
yang suci dari segala macam noda dan celaan". Malaikat Jibril menyebutkan
bahwa dia sendiri yang akan memberikan anak laki-laki itu, karena ia
diperintahkan oleh Allah Taala untuk meniupkan roh ke dalam tubuh Maryam.[12]
Maka berkatalah malaikat, menjawab
perkataannya dan menghilangkan kekhawatiran terhadap dirinya : sesungguhnya aku
tidak termasuk orang yang kamu sangka, dan tidak mugkin kejahatan yang kamu
kira itu akan terjadi dariku. Akan tetapi aku adalah utusan tuhanmu yang di
utus kepadamu, agar aku memberimu seorang anak laki-laki suci yang selamat dari
segala cela. Penyadaran pemberian kepada Jibril karena memang pemberian itu
datang melalui tangannya, dalam arti dia yang meniupkan ruh dalam rahimnya
dengan perintah Allah.[13]
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak
laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan
(pula) seorang pezina!"(19;20)
Maryam merasa sangat terkejut mendengar berita itu dan dengan
keheranan berkata, "Bagaimana aku akan mendapat seorang anak laki-laki
padahal belum pernah seorang manusiapun yang menyentuhku; dan aku bukan pula
seorang pezina".[14]
Perkataan Maryam as. Wa lam aku bagiyan aku bukanlah seorang pezina setelah menyatakan, wa lam yamsasni
Basyarun/tidak seorangmanusia pun menyentuhku¸bukan sekedar pengulaangan
atau penekanan, tetapi masing-masing mengandung makna yang berbeda, yang pada
akhirnya saling menguatkan. Ucapannya menafikan sentuhan manusia, mengandung
makna bahwa ia belum pernah berhubungan seks. Ini ditegaskannya karena ketika
itu beliau telah di pinang oleh Yusuf an Najjar. Dengan demikian boleh jadi
timbul dugaan bahwa telah terjadi sesuatu antara keduanya bila ia hamil, di
sisi lain bila kehamilan terjadi pastilah tunangannya akan sangat kecewa dan
marah. Adapun pernyataannya bahwa beliau bukan seorang penzina atau wanita
lajang, maka ini untuk menegaskan bahwa sejak dahulu beliau bukanlah seorang
wanita asusila dan itu akan di pertahankannya hingga masa datang.[15]
Jibril berkata:
"Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku;
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan". (19 ;21)
Jibril menjawab, "Demikianlah Engkau akan mendapat
seorang anak laki-laki walaupun tidak bersuami ataupun tidak mengadakan
hubungan dengan laki-laki; karena demikian itu adalah kehendak Allah Yang Maha
Kuasa dan adalah yang demikian itu mudah bagi-Nya Dan Allah menjadikan demikian
itu agar dijadikan bukti bagi manusia atas kekuasaan-Nya dan sebagai rahmat
dari Allah karena kelak anak laki-laki itu akan menjadi seorang Nabi yang
menyeru kepada jalan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan itu suatu hal yang
telah diputuskan Allah dan tidak dapat dirubah lagi".[16]
Dalam tafsir ibnu kasir disebutkan bahwa ini adalah petunjuk
dan tanda bagi manusia tentang kekuasaan Pembuat dan Pencipta mereka, dimana
hal tersebut salah satu bentuk cara menciptakan mereka, Allah swt telah
menciptakan nenek moyang mereka yaitu Adam tanpa ayah dan ibu, Ia ciptakan Hawa
dari laki-laki tanpa wanita, dan ia ciptakan seluruh keturunannya dari
laki-laki dan wanita kecuali Isa as. Yang di ciptakan dari wanita tanpa
laki-laki dengan demikian lengkaplah empat bagian yang menunjukkan kesempurnaan
kekuasaanNya dan keagungan wewenang Nya, tidak ada illah selain Allah dan tidak
ada Rabb selain Nya.[17]
Maka Maryam
mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang
jauh. (19 ;22 )
Tafsir ;
Setelah Jibril
menerangkan maksud kedatangannya itu, maka Maryam menjawab, "Aku menyerah
diri kepada ketetapan Allah". Lalu Jibril meniupkan roh Nabi Isa ke dalam
lengan baju Maryam sehingga mengakibatkan beliau mengandung, lalu beliau
mengasingkan diri dengan kandungannya ke suatu tempat yang jauh untuk menghindari
tuduhan dan cemoohan dari Bani Israel.[18]
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Jibril
meniup kantong besi bajunya, lalu tiupan itu masuk kedalam rahimnya, maka
hamillah ia. Yang lain mengatakan bahwa Jibril meniup dari lengan bajunya.
Sedang Al quran menetapkan tiupan itu, “maka kami tiupkan kepadanya dari Ruh
Kami” tanpa menentukan tempat tiupan.[19]
Malaikat jibril meniupkan ruh dilengan bajunya yang kemudian ruh itu mengalir
ke farji sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah. Ketika ia hamil,
ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang akan di katakan kepada orang-orang
karena ia mengetahui bahwa mereka tidak akan percaya dengan ceritanya, akan
tetapi ia ingin menceritakannya kepada istri zakaria.[20]
Mayoritas ulama menegaskan bahwa
kelahiran nabi Isa as melalui proses biasa, yakni kehamilan selama sembilan
bulan, bukannya seperti pendapat sementara orang bahwa ia terjadi sekejap,
dengan bersandar kepada pada firman Nya yang menyatakan bahwa Adam dan Isa as
dilahirkan dengan kalimat kun fayakun . sebenarnya kalimat ini sama
sekali bukan berarti terjadinya sesuatu dengan kalimat itu atau masa pengucapan
kalimat itu, bukankah terbaca diatas, bahwa proses yang terjadi pada saat
kelahirannya, proses yang memakan waktu lebih lama dari masa pengucapan kalimat
kun fayakun itu masa kelahirannya.sedang masa kehamilannya tidak di
singgung di sini.[21]
Maka rasa sakit akan melahirkan anak
memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai,
Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak
berarti, lagi dilupakan". ( 19 : 23)
Tafsir
Ketika beliau
merasa sakit karena akan melahirkan anaknya, maka beliau terpaksa bersandar
pada pangkal pohon karma untuk memudahkan kelahiran dan dengan penuh kesedihan
beliau berkata, "Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan
aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan. Beliau mengharapkan
seandainya beliau ini mati saja sebelum ini karena merasa beratnya penderitaan
akibat melahirkan seorang anak tanpa seorang ayah yang berakibat timbulnya
tuduhan dan cemoohan dari kaumnya yang tidak mengetahui kejadian yang
sebenarnya: atau beliau mengharapkan menjadi sesuatu benda yang tidak berarti
dalam pandangan manusia, lagi dilupakan.[22]
Muhammad bin
Ishaq berkata ; Ketika ia hamil, perutnya membesar dan darahnya terhenti
sebagaimana kebiasaan wanita yang hamil, dari darahya terhenti sebagaimana
kebiasaan wanita yang hamil, dari rasa sakit dan perubahan warna, sampai
lidahnya pecah-pecah.
As-Suddi
berkata : Maryam berkata sambil melihat kehamilannya karena malu kepada orang
lain ; aduha, alangkah baiknya aku mati sebelum bencana dan kesedihan yang aku
alami sekarang akibat lahirnya anakku yang tanpa ayah. Dilupakan lalu dibiarkan
tanpa dicari. Seperti pelapis haidh jika sudah dibuang dan dicampakkan, maka ia
tidak lagi dicari dan tidak lagi di ingat. Demikian pula segala sesuatu yang
dilupakan. Kita telah membahas hadits-hadits yang menunjukkan larangan
mengharapkan kematian kecuali ketika dalam keadaan fitnah para firman Allah, wafatkanlah
aku dalam Keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.( Qs.
Yusuf ayat 101) [23]
Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu.(19 ;24)
Tafsir
Maka datanglah
Jibril dan berseru dari Suatu tempat di bawahnya; "Janganlah kamu bersedih
hati, karena sesungguhnya Tuhanmu telah mengalirkan sebuah anak sungai di
bawahmu". Ini merupakan suatu rahmat bagi Maryam karena di tempat itu pada
mulanya kering tidak ada air yang mengalir.[24]
Para ahli
tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud dalam ayat ini.
Al Aufi dan
lain-lain berkata dari ibnu Abbas yang menyeru adalah Jibril as sedangkan Isa
as tidak da[at berbicara kecuali setelah menemui kaumnya. Demikian pula
pendapat said bin Jubair, adh-Dahhak, ‘amr bin Maimun, as-suddi dan Qatadah.
Sedangkan Mujahid berpendapat bahwa yang menyeru adalah Isa as[25]
Dalam tafsir
al Maragi ayat ini menjelaskan bahwa Isa as menyerunya. Demikian kata Hasan
basri dan Sa’id bin Jubair ( Allah telah membuat Isa as mampu berbicara ketika
dia melahirkannya, untuk menyenangkan hati dan mengusir kesepiannya sehingga
ketika itu ia dapat menyaksikan untuk pertama kali keluhuran derajat anak yang
dikabarkan oleh Jibril as. Isa berseru wahai ibunda, janganlah engkau bersedih
hati. Sesungguhnya Tuhanmu yang telah berbuat baik kepadamu telah menjadikan
dibawahmu seorang anak lelaki yang mempunyai derajat luhur dan pemurah.”[26]
dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, (19 ;25)
Tafsir :
Dan condongkanlah pohon kurma itu kepadamu dan goyangkanlah
dia dan nanti pohon itu akan menjatuhkan beberapa buah kurma yang telah masak kepadamu.
Dan ini adalah rahmat yang lain untuk Maryam karena pada mulanya pohon kurma
itu telah kering, dengan kehendak Allah menjadi hijau dan subur kembali serta
berbuah sebagai rezeki untuk Maryam.[27]
Pada ayat diatas terlihat bagaimana Maryam yang dalam keadaan
lemah itu masih diperintahkan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk
menggerakkan pohon guna memperoleh rizki-walaupun boleh jadi pohon itu tidak
dapat bergerak karena lemahnya fisik Maryam setelah melahirkan.[28]
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat
seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusiapun pada hari ini".(19 ; 26)
Tafsir :
Maka makan,
minum dan bersenang hatilah kamu karena mendapat rezeki itu dan hilangkanlah
kesedihan hatimu karena Allah berkuasa untuk membersihkanmu dari segala tuduhan
yang tidak pantas, sehingga kamu tetap dianggap sebagai wanita yang suci tidak
pernah ternoda. Dan jika kamu melihat seorang manusia yang bertanya tentang
persoalanmu dan persoalan anakmu, maka isyaratkanlah kepadanya
"Sesungguhnya aku telah bernazar atas diriku untuk berpuasa semata-mata
untuk Tuhan Yang Maha Pemurah dan aku tidak akan berbicara langsung dengan seorang
manusiapun pada hari ini, karena ucapanku itu mungkin ditolak dan tidak
dipercayai, akan tetapi akan kusuruh bayi yang baru dilahirkan ini untuk
berbicara atas namaku dan menerangkan kejadian yang sebenarnya"[29]
Anas bin Malik
berkata bahwa sauman berarti diam, demikian perkataan ibnu Abbas dan ad
Dhahhak dalam riwayat lain dari Anas. “puasa dan diam”, demikian perkataan
Qatadah dan lain-lain. Maksudnya adalah bahwa ketika mereka berpuasa dalam
syariat mereka berarti diharamkan makan dan berbicara.[30]
Bernazar untuk
tidak berbicara merupakan salah satu cara ibadah yang dikenal pada masa lalu,
termasuk oleh masyrakat jahiliyah. Sisa dari ibadah tersebut masih nampak
hingga kini dalam bentuk mengheningkan cipta. Rasulullah melarang melakukan
puasa diam. Allah mengilhamkan Maryam as agar jangan berbicara bermaksud
membungkan semua yang meragukan kesucian beliau melalui ucapan bayi yang
dilahirkannya itu. Ini juga mengesankan bahwa tidaklah terpuji berdiskusi
dengan orang-orang yang bermaksud mencari kesalahan atau yang tidak jernih
pemikiran dan hatinya.[31]
Maka Maryam
membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata:
"Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang Amat
mungkar.(19 ; 27)
Tafsir ;
Setelah Maryam diperintahkan untuk berpuasa pada hari
melahirkan putranya dan tidak berbicara dengan seorangpun dan setelah ada
jaminan dari Allah bahwa kehormatannya tetap terpelihara, maka beliau
menyerahkan seluruh nasibnya pada ketetapan Allah, beliau membawa anaknya
kepada kaumnya dan menggendongnya hal mana menyebabkan kaumnya ingkar dan
mencela perbuatannya seraya berkata, "Hai Maryam! Sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu perbuatan yang amat mungkar".[32]
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang
yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", (19 : 28)
Tafsir :
Kemudian mereka menambah celaan dan cemoohan serta tuduhan
kepada Maryam seraya berkata, "Hai saudara perempuan Harun! Ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
wanita tuna susila. Bagaimana kamu sampai mendapatkan anak ini. Kepada beliau
dipanggil dengan sebutan "Saudara perempuan Harun", oleh karena telah
menjadi kebiasaan Bani Israel untuk menyebutkan nama-nama para Nabi dan orang-orang
saleh sebelumnya.[33]
Istilah uktiy Harun menjadi bahan perbincangan para ulama,
sementara cendikiawan non muslim menjadikan istilah tersebut sebagai bukti
kesalahan al Quran, karena menurut mereka antara Harun yang merupakan saudara
Musa as dan Maryam terdapat jarak ratusan tahun. Sementara ulama menyatakan
bahwa sebenarnya keberatan ini bukanlah
hal baru, tetapi telah di kenal sejak masa nabi saw Diriwayatkan oleh Al
Mugirah bin Syu'bah bahwa beliau diutus oleh Rasulullah saw, ke Najran di negeri
Yaman, dimana terdapat banyak orang-orang Nasrani dan mereka bertanya
kepadanya, "Mengapa kamu membaca Alquran, hai saudara perempuan Harun,
padahal Harun dan Musa itu hidupnya lama sekali sebelum lahirnya Isa putra
Maryam?". Mugirah tidak sempat memberikan jawaban dan ketika beliau pulang
ke Madinah dan menghadap Rasulullah, beliau mengemukakan pertanyaan itu. Oleh
Rasulullah. saw dijawab, "Mengapa olehmu tidak diberitahukan bahwa
kebiasaan Bani Israel itu suka menyebut-nyebut nama para Nabinya dan orang-orang
yang saleh sebelumnya"? yakni orang-orang saleh .masyarakat yang hidup
pada masa Maryam as, dinamai dengan nama-nama para nabi seperti menamai Maryam
dengan saudara dari nabi yang shaleh yaitu Nabi Harun as. Bukan dalam arti
bahwa Maryam adalah saudara Nabi Harun.[34]
Badawi
menyimpulkan pendapat-pendapat yang di kemukakan pakar-pakar tafsir
dengan merujuk kepada tafsir ath-thabari. Ada yang berpendapat bahwa dia
disebut sebagai saudara perempuan Harun untuk memberikan atrbut kesalihan dan,
karena nama Harun biasa disebutkan kepada orang yang shaleh dari kalangan
masyarakat waktu itu, sehingga siapa saja yang mempunyai sifat seperti itu maka
ia disebut Harun. Dengan demikian nama Harun disini, menurut pendapat ini,
bukan Harun saudara nabi Musa as, ada juga yang berpendapat Bahwa Harun disini
dijadikan atribut kebejatan. Maryam diperbandingkan dengan ia, mengingat
masyarakat waktu itu mencurigai kesuciannya. Pendapat yang ketiga menyatakan
bahwa memang Maryam mempunyai saudara laki-laki yang bernama Harun yang dikenal
sebagai seorang yang shaleh di kalangan bani Israil. Abdurrhman Badawi
mengatakan bahwa penafsiran ungkapan “ya Ukhti Harun” sangat mudah, karena
maksudnya sederhana, yaitu saudara dari keturunan Harun, penafsiran etimologis
seperti ini sudah di anggap biasa dikalangan orang arab yang memahami bahasa
Arab secara baik dan mendalaminya secara leksikografis.[35]
Maka Maryam
menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"(19:29)
Tafsir
Maka Maryam menunjuk kepada putranya supaya berbicara dan
menjelaskan tentang hal keadaannya, karena beliau sudah bernazar untuk tidak
berbicara dengan siapapun dan sudah merasa yakin bahwa anaknya mengerti isyarat
itu. Orang-orang Yahudi bertanya dengan keheran-heranan, "Bagaimana kami
akan berbicara dengan seorang bayi yang masih di dalam ayunan?". Mereka
menduga bahwa Maryam memperolok-olok mereka.[36]
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkari bahwa Isa as
dapat berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian. Orang-orang Nasrani
mengemukakan hujjah bahwa hal ini termasuk
peristiwa yang jika memang benar terjadi, nisacaya banyak faktor yang
menukilnya secara mutawattir, karena hal itu termasuk sifat-sifat yang mulia
dan keutamaan yang mempunyai keistimewaan teragung di tengah-tengah manusia.
Karena hal itu tidak kami ketahui, padahal kami senantiasa mengikuti segala
keutamaannya, dan selalu meneliti ihwalnya baik yang mulia maupun yang hina,
lalu kami mengetahui bahwa hal itu tidak ada.[37]
B.
Pendidikan yang dapat di Ambil dari kisah Maryam
1. Kisah
ibu maryam Hannah binti Faqud bernazar agar anak yang berada dalam kandungan
mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar menyematkan harapan mulia bagi
janin.
2. Fase
kehamilan, fase yang sangat penting, mengabaikannya berarti kehilangan sebuah
fase penting.
3. Memberikan
nama yang baik merupakan suatu hal yang di sunnahkan sebagaimana Istri Imran
memberi nama Maryam yang bernakna seorang ahli ibadah yang berkhitmad kepada
Allah.
4. Memohon
dan berdoa untuk janin dan keluarga dari setan yang terkutuk sebagaimana Istri
Imran berdoa untuk Maryam dan keluarganya.
5. Membesarkan
anak dalam suasana iman, keyakinan dan kebesaran Allah sehingga ia yakin semua
datanya dari Allah.
6. Istri
Imran mengajarkan bahwa Pemberian yang Allah berikan kepada manuasia lebih baik
dari apa yang diinginkan, sebagaimana ia meminta seorang anak laki-laki namun
Allah mengkaruniakan Maryam seorang yang mulia.
7. Mengusahakan
anak diberi pelaran agama yang baik sebagaimana maryam di asuh oleh zakaria
yang shaleh
8. Allah swt telah menciptakan nenek
moyang mereka yaitu Adam tanpa ayah dan ibu, Ia ciptakan Hawa dari laki-laki
tanpa wanita, dan ia ciptakan seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita
kecuali Isa as. Yang di ciptakan dari wanita tanpa laki-laki dengan demikian
lengkaplah empat bagian yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaanNya dan
keagungan wewenang Nya, tidak ada Illah selain Allah dan tidak ada Rabb selain
Nya
9. Maryam
mengajarkan kepada seluruh wanita agar menjaga kesucian dan kehormatannya
10. Hendaknya
setiap mukmin Memohon perlindungan kepada Allah ketika menolak kekejian
sebagaimana Maryam memohon perlindungan kepada Allah.
11. Hendaknya
seorang ibu bersabar dalam keadaan mengandung janin dalam perutnya
12. Tidaklah terpuji berdiskusi dengan
orang-orang yang bermaksud mencari kesalahan atau yang tidak jernih pemikiran
dan hatinya sebagaimana Maryam berpuasa untuk berbicara mengahadapi kaumnya
13. Buah kurma merupakan makanan yang
sangat baik bagi wanita yang sedang dalam masa nifas/selesai melahirkan karena
ia mudah di cerna, lezat lagi mengandung kalori yang tinggi.
14. Bagi ibu hamil selain harus
memperhatikan asupan makan dan minum juga perlu memperhatikan suasana hati.
PENUTUP
Keluarga Imran merupakan satu-satunya
keluarga yang menjadi nama surat dalam Al-Qur’an. Keluarga yang melahirkan
Maryam yang namanya juga menjadi nama surat dalam al Quran. Ketaatan dalam
beribadah kepada Allah memberikan kemulian kepada mereka.
Maryam mendapatkan proses pendidikan
yang baik dari ibunya di dalam kandungannya kemudian setelah dilahirkan mendapatkan
pendidikan yang baik oleh zakaria dan istrinya seorang yang shaleh lagi taat
beribadah. Sehingga Maryam mewarisi ketaat dan keshalehannya.
Maryam yang taat beribdah dan berkhitmad kepada
Allah diberikan kemulian dengan melahirkan seorang anak laki-laki tanpa seorang
ayah. Sebagaimana Allah swt telah menciptakan nenek moyang mereka yaitu Adam
tanpa ayah dan ibu, Ia ciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, dan ia ciptakan
seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita kecuali Isa as. Yang di ciptakan
dari wanita tanpa laki-laki yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaanNya dan
keagungan wewenang Nya, tidak ada Illah selain Allah dan tidak ada Rabb selain
Nya.
REFERENSI
1.
Tafsir Ibnu Katsir Juz 16
2.
Tafsir Al Misbah
3.
Tafsir Al Maraghi
4.
Syaik Muhammad Ali Ash Shabuni, shafwatut
tafasir jilid 1, Jakarta : Pustaka Al Kautsar. 2001
5.
Terjemah dan Tafsir Departemen Agama Republik
Indonesia
[1]
Shafwatut Tafasir Jilid 1 hal 432
[2] Lihat
Shafwatut Tafasir Jilid 1 hal 433
[3] Tafsir
Ath-Thabari (6/351) lihat Shafwatut Tafasir jili 1 hal 441
[4] Lihat Tafsir
Al Quran Departemen Agama
[5] Lihat
Tafsir ibnu katsir juz 16 318
[6] Lihat
Tafsir al Misbah
[7] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[8] Lihat
Tafsir ibnu katsir juz 16 318
[9] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[10] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 16 320
[11] Lihat
tafsir al Misbah hal 165
[12] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[13] Tafsir
al Marogi hal 70
[14] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[15] Lihat
Tafsir al Misbah
[16] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[17] Lihat
ibnu Katsir juz 16 hal 320
[18] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[19] Lihat
tafsir Al Maragi
[20] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 16 hal 321
[21] Lihat
Tafsir Al Misbah
[22] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[23] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 16 hal 323
[24] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[25] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 16 hal 324
[26] Lihat
Tafsir al Maragi hal 76
[27] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[28] Lihat
Tafsir Al Misbah
[29] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[30] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 16 hal 325
[31] Lihat
Tafsir al Misbah
[32] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[33] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[34] Lihat
Tafsir Al Misbah
[35] Ibid
[36] Lihat
Tafsir Al Quran Departemen Agama
[37] Lihat
tafsir Al Maragi
0 komentar:
Posting Komentar