Selasa, 11 Februari 2014

Tasawwuf dalam Filsafat Pendidikan Islam

Pada Posting Kali ini pembahasan kita adalah masalah tasawuf.

APA TUJUAN ORANG BERTASAWUF
Tujuan orang bertasawuf adalah untuk memperoleh hubungan khusus langsung dari tuhan, hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia sedang berada dihadirat tuhan, kemudian dengan kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan tuhan.

FANA, BAQA, DAN ITTIHAD
Fana secara harfiah adalah lenyap, hancur, sirna, atau hilang. Maksudnya yaitu penghancuran perasaan atau kesadaran seseorang tentang dirinya dan makhluk lain di sekitarnya. Sejumlah sufi mengisyaratkan fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela. Fana tahap tertinggi yaitu saat seorang sufi tidak menyadari diri sendiri dan alam semesta. Hal tersebut diibaratkan kisah Nabi Yusuf as dan Siti Zulaikha. Pada saat para wanita yang diundang oleh Siti Zulaikha tidak menyadari tangan mereka tersayat oleh pisau yang dipegangnya karena melihat ketampanan wajah Nabi Yusuf as.
Baqa berarti tinggal, kekal, atau tetap ada. Kata baqa juga diartikan sebagai terbinanya sifat-sifat terpuji. Baqa muncul bersamaan dengan timbulnya istilah fana. Seperti kita ketahui bersama bahwa manusia tidak bisa terlepas dari salah satu kategori sifat-sifat tersebut ( terpuji dan tercela ). Apabila yang satu tidak ada pada seseorang maka pastilah dijumpai yang lainnya. Jika seseorang fana dari sifat-sifat tercela, maka ia baqa dengan sifat-sifat terpuji. Dan siapa yang baqa dengan sifat-sifat terpuji maka lenyaplah dari sifat-sifat tercela, sampai seorang sufi baqanya kesadaran kehadiran Tuhan. Baqa itu bersifat relatif karena baqa dan lawannya, fana, seperti dua muka dari satu koin uang. Di balik baqa terdapat fana. Baqa itu ibaratnya kisah Majnun yang jatuh cinta kepada Laila. Seorang sufi yang sedang baqa maka hanya Tuhan yang ada dalam sebutan dan ingatannya. Ia baqa bersama Tuhan.
Adapun ittihad diartikan bersatu atau menjadi satu. Dalam pemahaman tasawuf, ittihad adalah suatu bentuk pengalaman sufi yang sedang mabuk kepayang dengan Tuhan yaitu pengalaman bersatu atau merasa bersatu dengan Tuhan. Cinta dan mabuk kepayang mengantarkan seorang sufi kepada keterbukaan mata batin. Saat itu sang sufi merasa terpesona, apa saja selain Tuhan, hilang sirna (fana). Yang tetap ada dalam kesadarannya hanyalah Tuhan, sang sufi tetap ada (baqa) bersama Tuhan. Perihal baqa bersama Tuhan itulah yang dirasakan sang sufi sebagai ittihad, yakni bersatu dengan Tuhan.

Apa bedanya  Wahdat  Al-Wujud  dengan  Wahdat  Al Syuhud

1. Wahdat  Al-Wujud

Wahdat artinya kesatuan, sedangkan wujud artinya menjumpai. Jadi satu yang dijumpai maksudnya menurut  Ibn ‘Arabi tentang Wahdat  Al-Wujud adalah wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula, tidak ada perbedaan diantaranya dari segi hakikatnya, dan kalaupun di lihat dari sudut pandang panca indra. Wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara wujud yang qodim dengan yang baru atau dengan kata lain tidak ada perbedaan antara abid (menyembah) dan ma’bud (yang di sembah).

Kalau khalik dan makhluk bersatu dalam wujudnya mengapa telihat dua? Menurut Ibn ‘Arabi tidak memandangnya dari sisi satu, tetapi memandang keduanya bahwa khalik dari sisi satu dan makhluk dari sisi yang lain. Jika mereka memandang dari sisi yang lain mereka pasti mengetahui  hakikat keduanya yakni dzatnya satu yang tak terbilang dan terpisah.
Ibn ‘Arabi menyebut wujud, maksudnya adalah wujud yang mutlak yaitu wujud Tuhan, satu-satunya wujud menurut ibn arabi adalah wujud tuhan, tidak ada wujud selain wujudNya.
Contohnya: Kesatuan wujud Tuhan dengan wujud alam seperti kesatuan lautan yang tak berpantai dengan gumpalan-gumpalan es yang terbentuk dalam lautan tak berpantai itu. Tuhan disimbolkan dengan lautan tak berpantai, sedangkan alam disimbolkan dengan gumpalan-gumpalan es yang terbentuk dalam lautan itu.

2. Wahdat  Al-Syuhud

Wahdat artinya kesatuan, sedangkan syuhud artinya penyaksian. Jadi satu yang disaksikan maksudnya menurut  Ibn Faridh tentang Wahdat  Al-Syhud adalah keesaan Allah disaksikan oleh mata batin manusia yang mampu memfanakan dirinya di dalam Tuhan atau sesudah lenyapnya (fana) hijab atau dinding yang membatasi mata hati dengan Tuhan. Sebagai akibat dari penyaksian mata batin itu, keyakinan tentang keesaan Allah meningkat ke tarap yang tertinggi atau dengan kata lain lebih tinggi dari tarap keyakinan yang hanya berupa membenarkan berita al-Qur’an dan Hadits yang diperkuat dengan argumentasi rasional. Penyaksian keesaan Tuhan sekaligus berarti pengakuan satu-satunya wujud yang hakiki hanya Allah yang disaksikan oleh mata batin seseorang yang memperoleh kasyaf. Wujud semua alam empiris termasuk dirinya pada saat itu lenyap, baik dari mata batin maupun dari mata hati.
Contohnya seperti kehadiran matahari yang terang benderang yang menyebabkan lenyapnya bintang-bintang dari mata kepala manusia.

demikianlah resume tanpa penjelasan dari saya, semoga bermanfaat. 


0 komentar: