Pada Posting Kali ini pembahasan kita adalah masalah tasawuf.
APA TUJUAN ORANG BERTASAWUF
Tujuan orang
bertasawuf adalah untuk memperoleh hubungan khusus langsung dari tuhan,
hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia
sedang berada dihadirat tuhan, kemudian dengan kesadaran tersebut akan menuju
kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan tuhan.
FANA, BAQA, DAN ITTIHAD
Fana secara harfiah adalah lenyap,
hancur, sirna, atau hilang. Maksudnya yaitu penghancuran perasaan atau
kesadaran seseorang tentang dirinya dan makhluk lain di sekitarnya. Sejumlah
sufi mengisyaratkan fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela. Fana tahap
tertinggi yaitu saat seorang sufi tidak menyadari diri sendiri dan alam
semesta. Hal tersebut diibaratkan kisah Nabi Yusuf as dan Siti Zulaikha. Pada
saat para wanita yang diundang oleh Siti Zulaikha tidak menyadari tangan mereka
tersayat oleh pisau yang dipegangnya karena melihat ketampanan wajah Nabi Yusuf
as.
Baqa berarti tinggal, kekal, atau
tetap ada. Kata baqa juga diartikan sebagai terbinanya sifat-sifat terpuji.
Baqa muncul bersamaan dengan timbulnya istilah fana. Seperti kita ketahui
bersama bahwa manusia tidak bisa terlepas dari salah satu kategori sifat-sifat
tersebut ( terpuji dan tercela ). Apabila yang satu tidak ada pada seseorang
maka pastilah dijumpai yang lainnya. Jika seseorang fana dari sifat-sifat
tercela, maka ia baqa dengan sifat-sifat terpuji. Dan siapa yang baqa dengan
sifat-sifat terpuji maka lenyaplah dari sifat-sifat tercela, sampai seorang
sufi baqanya kesadaran kehadiran Tuhan. Baqa itu bersifat relatif karena baqa
dan lawannya, fana, seperti dua muka dari satu koin uang. Di balik baqa
terdapat fana. Baqa itu ibaratnya kisah Majnun yang jatuh cinta kepada Laila.
Seorang sufi yang sedang baqa maka hanya Tuhan yang ada dalam sebutan dan
ingatannya. Ia baqa bersama Tuhan.
Adapun ittihad
diartikan bersatu atau menjadi satu. Dalam pemahaman tasawuf, ittihad adalah
suatu bentuk pengalaman sufi yang sedang mabuk kepayang dengan Tuhan yaitu
pengalaman bersatu atau merasa bersatu dengan Tuhan. Cinta dan mabuk kepayang
mengantarkan seorang sufi kepada keterbukaan mata batin. Saat itu sang sufi
merasa terpesona, apa saja selain Tuhan, hilang sirna (fana). Yang tetap ada
dalam kesadarannya hanyalah Tuhan, sang sufi tetap ada (baqa) bersama Tuhan. Perihal
baqa bersama Tuhan itulah yang dirasakan sang sufi sebagai ittihad, yakni
bersatu dengan Tuhan.
Apa bedanya
Wahdat Al-Wujud dengan
Wahdat Al Syuhud
1. Wahdat Al-Wujud
Wahdat artinya kesatuan,
sedangkan wujud artinya menjumpai. Jadi satu yang dijumpai
maksudnya menurut Ibn ‘Arabi tentang Wahdat Al-Wujud adalah wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud
makhluk adalah wujud khalik pula, tidak ada perbedaan diantaranya dari segi
hakikatnya, dan kalaupun di lihat dari sudut pandang panca indra. Wujud alam
pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada
perbedaan antara wujud yang qodim dengan yang baru atau dengan kata lain tidak
ada perbedaan antara abid (menyembah) dan ma’bud (yang di sembah).
Kalau khalik dan makhluk bersatu dalam
wujudnya mengapa telihat dua? Menurut Ibn ‘Arabi tidak memandangnya dari sisi
satu, tetapi memandang keduanya bahwa khalik dari sisi satu dan makhluk dari
sisi yang lain. Jika mereka memandang dari sisi yang lain mereka pasti
mengetahui hakikat keduanya yakni dzatnya satu yang tak terbilang dan
terpisah.
Ibn ‘Arabi menyebut wujud, maksudnya adalah wujud yang mutlak yaitu
wujud Tuhan, satu-satunya wujud menurut ibn arabi adalah wujud tuhan, tidak ada
wujud selain wujudNya.
Contohnya: Kesatuan wujud Tuhan dengan wujud alam seperti kesatuan
lautan yang tak berpantai dengan gumpalan-gumpalan es yang terbentuk dalam
lautan tak berpantai itu. Tuhan disimbolkan dengan lautan tak berpantai,
sedangkan alam disimbolkan dengan gumpalan-gumpalan es yang terbentuk dalam
lautan itu.
2. Wahdat Al-Syuhud
Wahdat artinya kesatuan,
sedangkan syuhud artinya penyaksian. Jadi satu
yang disaksikan maksudnya menurut Ibn Faridh tentang Wahdat Al-Syhud adalah keesaan Allah disaksikan oleh
mata batin manusia yang mampu memfanakan dirinya di dalam Tuhan atau sesudah
lenyapnya (fana) hijab atau dinding yang membatasi mata hati dengan Tuhan.
Sebagai akibat dari penyaksian mata batin itu, keyakinan tentang keesaan Allah
meningkat ke tarap yang tertinggi atau dengan kata lain lebih tinggi dari tarap
keyakinan yang hanya berupa membenarkan berita al-Qur’an dan Hadits yang
diperkuat dengan argumentasi rasional. Penyaksian keesaan Tuhan sekaligus
berarti pengakuan satu-satunya wujud yang hakiki hanya Allah yang disaksikan
oleh mata batin seseorang yang memperoleh kasyaf. Wujud semua alam empiris
termasuk dirinya pada saat itu lenyap, baik dari mata batin maupun dari mata
hati.
Contohnya seperti kehadiran matahari yang terang benderang
yang menyebabkan lenyapnya bintang-bintang dari mata kepala manusia.demikianlah resume tanpa penjelasan dari saya, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar