Selasa, 05 Maret 2013

Untuk Kader Dakwah


Cerdas Menasihati ciri Kader yang Unggul
Saling Menasehati kepada kebaikan adalah salah satu tanda umat terbaik sebagaimana di sebutkan dalam Al Qur’an :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Tujuan yang baik Jika dilakukan dengan cara yang Salah maka ia akan menjadi Salah,,,

Menasihati ada adab dan cara, sehingga apa yang kita sampaikan tentang kebaikan tercapai,

kali ini saya akan menceriatakan kembali dari hasil apa yang saya baca, tentang adab seorang ulama Agung zaman dahulu bagaimana menyampaikan nasihat kepada murid kesayanganya, Syek Ahmad ibn Hambal

Dikisahkan Oleh Harun Ibn Abdillah Al Bagdadi :

Di satu larut malam pintuku diketuk orang. Aku bertanya Siapa? Suara diluar Lirih menjawab, Ahmad” Kuselidik Ahmad yang mana ? Nyaris berbisik ku dengar “Ibnu Hambal” subahanallah itu Guruku!

Kubukakan pintu, dan beliau masuk dengan langkah berjingkat;kusilahkan duduk, maka beliau menempah hati-hati agar kursi tak berderit.

Kutanya : “ Ada urusan sangat pentingkah sehingga engkau duhai guru, berkenan mengunjungiku di malam selarut ini? Beliau tersenyum.

“Maafkan aku duhai harun “ ujar beliau lembut dan pelan. Aku terkenang bahwa kau biasa masih terjaga meneliti hadist di waktu semacam ini. Ku beranikan untuk datang kerena ada yang mengganjal di hatiku sejak siang tadi.” Aku terperangah “apakah hal itu tentang diriku? Beliau mengangguk.

Jangan ragu,” ujarku sampaikanlah wahai guru. Ini aku mendengarkan mu !”
“Maaf Ya Harun,” ujar beliau “ Tadi siang kulihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Kau bacakan hadits untuk mereka untuk kau catat. Kala itu mereka tersengat terik matahari, sedang dirimu teduh ternaungi bayangan pepohonan. Lain kali jangan begitu duhai harun, duduklah dalam keadaan yang sama sebagaimana muridmu duduk.”

Aku tercekat dan tak sanggup menjawab. Lalu beliau berbisik lagi, pamit undur diri. Kemudian melangkah berjingkat, menutup pintu hati-hati. Masya Allah inilah guruku yang mulia, Ahmad bin Hambal. Akhlak indahnya terjaga dalam memberi nasihat dan meluruskan khilafku. Beliau bisa saja menegurku didepan para murid toh beliau guruk yang berhak untuk itu tatapi tidak dilakukannyademi menjaga wibawaku. Beliau bisa saja datang sore, bakda magrib atau isya yang mudah baginya itupun tak dilakukannya, demi menjaga rahasia nasihatnya.

Beliau sangat hafal kebiasaanku terjaga di larut malam, belaiu datang mengendap dan berjingkat bicaranya lembut dan nyaris berbisik. Semua beliau lakukan agar keluargaku tak tahu, agar aku yang ayah dan suami tetap terjaga sebagai imam dan teladan di hati mereka. Maka termuliakanlah Guruku sang pemberi nasihat, yang adab tingginya dalam menasihati menjadikan hatiku menerima dengan ridha dan cinta.

semoga Terinspirasi !!!

0 komentar: